Wanita ini Berhasil Tipu orang Tua Ngakunya Kuliah, Bawa Orang Tua Saat Wisuda Tapi Pihak Kampus Tidak Kenal
Ruteng – Sebuah peristiwa mengejutkan mengguncang lingkungan masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur, setelah terungkapnya kasus seorang perempuan bernama Marsiana, yang diketahui berpura-pura menjadi mahasiswi Universitas Katolik (Unika) St Paulus Ruteng selama kurang lebih empat tahun. Kisah ini menyeruak ke publik setelah orang tuanya mengetahui kenyataan pahit bahwa nama putrinya tidak tercantum dalam daftar wisudawan pada Sabtu, 11 November 2023, meskipun mereka telah datang jauh-jauh dari kampung dengan penuh kebanggaan.
Kasus ini kemudian viral karena menyentuh sisi emosional: orang tua bekerja keras, berharap, dan menabung demi pendidikan anak, sementara sang anak terus membangun ilusi kuliah, lengkap dengan cerita aktivitas kampus, foto di lingkungan universitas, hingga berpura-pura selesai ujian skripsi.
Mendaftar, Namun Tidak Pernah Menjadi Mahasiswa Resmi
Berdasarkan informasi dari pihak kampus, Marsiana mendaftar pada tahun 2019 sebagai calon mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Namun proses administrasi tidak pernah ia selesaikan. Dokumen persyaratan tidak dilengkapi, dan sesuai sistem, ia dianggap mengundurkan diri.
Dengan demikian, sejak awal ia tidak terdaftar sebagai mahasiswa aktif. Tidak ada nama, tidak ada nomor induk, tidak ada jadwal kuliah, dan tidak ada pembayaran resmi ke universitas.
Namun di luar kampus, sebuah cerita berbeda ia bangun.
Empat Tahun Kebohongan yang Tersusun Rapi
Selama 2019 hingga 2023, Marsiana tetap melanjutkan narasi seolah-olah dirinya aktif kuliah. Kepada orang tua, ia mengaku harus membayar:
✅ uang semester
✅ biaya kos
✅ uang makan
✅ fotokopi bahan kuliah
✅ biaya ujian
Semua permintaan diterima begitu saja oleh orang tuanya. Mereka percaya, karena:
- Marsiana tinggal di Ruteng
- Ia sering mengirim foto di sekitar universitas
- Ia tampak memakai pakaian rapi seperti hendak kuliah
- Sesekali ia bercerita soal dosen, kelas, dan teman seangkatan
Kebohongan itu tidak hanya verbal, namun didukung bukti visual. Di media sosialnya, ia mengunggah foto-foto seolah baru selesai ujian, bahkan foto suasana perpustakaan kampus.
Modus yang mulus itu membuat orang tuanya tidak pernah curiga. Bagi mereka, anaknya adalah harapan keluarga—dan pendidikan adalah jalan masa depan.
Hari Wisuda: Puncak Rekayasa dan Titik Terbongkarnya Rahasia
Puncak drama terjadi ketika kampus menggelar wisuda pada 11 November 2023. Marsiana mengajak kedua orang tuanya datang dengan alasan ia akan diwisuda. Untuk mendukung kebohongan itu, ia meminjam toga dan perlengkapan wisuda.
Kedua orang tuanya datang dengan penuh rasa bangga—bahkan menurut kesaksian warga, mereka bercerita kepada tetangga bahwa anak mereka akhirnya selesai kuliah.
Namun semuanya runtuh saat nama Marsiana tidak dibacakan oleh pembawa acara wisuda.
Orang tua yang kebingungan kemudian menanyakan kepada panitia. Dari sana, fakta mengejutkan terungkap:
Marsiana tidak pernah terdaftar sebagai mahasiswi Unika St Paulus Ruteng.
Pihak kampus menegaskan kembali data administrasi dan memastikan bahwa selama empat tahun, nama tersebut tidak pernah muncul dalam sistem akademik.
Kekecewaan, Tangisan, dan Reaksi Emosional Keluarga
Informasi ini menghantam perasaan orang tua Marsiana dengan keras. Mereka mengaku sudah:
- menjual hasil kebun
- meminjam uang untuk biaya kuliah
- bekerja keras demi anak
- menahan diri demi masa depan keluarga
Tetangga menyebut, ibunya tak kuasa menahan tangis saat mengetahui kebenaran itu. Sang ayah terdiam lama, duduk di halaman kampus, tidak mampu menerima kenyataan.
Kabar ini menyebar cepat di masyarakat karena dianggap:
✅ memalukan keluarga
✅ memukul harga diri orang tua
✅ mengandung unsur penipuan dalam lingkup rumah tangga
Namun warga juga menilai bahwa tindakan Marsiana bisa saja dipicu oleh:
- rasa malu karena tidak lulus
- tekanan sosial soal kuliah
- ketakutan mengecewakan orang tua
- lingkungan yang menjunjung tinggi gelar pendidikan
Motif: Antara Penipuan, Tekanan, atau Ketidakberanian Mengakui Kegagalan
Meski publik menyebutnya sebagai penipuan, beberapa pihak menilai kasus ini lebih kompleks. Ada kemungkinan motif emosional:
✅ Takut mengecewakan keluarga
✅ Terjebak kebohongan awal yang makin membesar
✅ Tuntutan sosial bahwa kuliah = harga diri
✅ Tidak siap menghadapi kenyataan gagal
Beberapa psikolog berpendapat bahwa kasus seperti ini termasuk dalam self-deceptive fabrication, yaitu kebohongan yang awalnya kecil, namun karena terus didukung, akhirnya tumbuh menjadi konstruksi besar yang menjerat pelakunya sendiri.
Respons Kampus
Pihak kampus menegaskan:
- tidak ada unsur kelalaian akademik
- tidak ada data yang menunjukkan Marsiana sebagai mahasiswa
- wisuda hanya untuk peserta resmi dan terdaftar
Dengan demikian, kampus tidak terlibat dalam kejadian ini dan menyatakan siap menjelaskan fakta administratif kepada masyarakat bila diperlukan.
Pelajaran Sosial dari Kasus Ini
Peristiwa ini menyisakan refleksi penting bagi publik:
1. Pendidikan bukan soal gengsi
Banyak keluarga merasa gagal jika anak tidak kuliah, sehingga tekanan sosial menjadi sangat besar.
2. Komunikasi keluarga sangat penting
Jika hubungan emosional terbuka, kebohongan sepanjang ini hampir tidak mungkin terjadi.
3. Gelar bukan satu-satunya jalan hidup
Banyak profesi dan keterampilan dapat dicapai tanpa bangku universitas.
4. Orang tua perlu verifikasi, bukan hanya percaya penuh
Bukan karena curiga, tetapi sebagai bentuk pendampingan.
Penutup
Kasus Marsiana menjadi cermin sosial tentang bagaimana mimpi, gengsi, kebohongan, dan cinta keluarga bisa terjalin dalam cerita yang berakhir pilu.
Orang tua yang berharap, anak yang tertekan, dan masyarakat yang menilai dari status pendidikan—semuanya berperan dalam terciptanya tragedi emosional ini.



Posting Komentar untuk "Wanita ini Berhasil Tipu orang Tua Ngakunya Kuliah, Bawa Orang Tua Saat Wisuda Tapi Pihak Kampus Tidak Kenal"