DUA OKNUM PETUGAS DISHUB KETAHUAN CURI HELM SAAT COD DI MEDAN
Sebuah insiden pencurian helm di Jalan Ringroad Medan (dekat RSU Tere Margaret) pada Selasa (18/11/2025), sukses menjadi episode baru “Komedi Realita Indonesia”, lengkap dengan plot twist yang bahkan sinetron pun kalah kreatif.
Korban yang kehilangan helm kesayangannya di parkiran Alfamidi awalnya mengira pelakunya adalah maling kelas teri yang butuh uang receh. Tapi siapa sangka, helm itu justru ditemukan berada di tangan sosok yang—konon katanya—bertugas menertibkan masyarakat, bukan mengkoleksi hasil curian.
Awal ceritanya, Korban meletakkan helm di atas jok motor, sebuah tindakan yang di Indonesia dianggap “aman”, karena ya masa iya dicuri? Jawabannya: iya, dicuri. Sekejap saja helmnya hilang seperti subsidi.
Korban pun mencoba jalur prosedur formal yang katanya “tersedia untuk masyarakat”.
Namun ketika meminta rekaman CCTV, hasilnya sungguh mencerminkan kualitas sistem keamanan modern: zonk total.
Ternyata motornya tertutup mobil box, sehingga maling bebas bablas seperti takdir.
Tidak mau menyerah, korban berubah menjadi Sherlock KW dan bersama seorang teman memulai investigasi ala rakyat mandiri, karena kalau menunggu sistem resmi, mungkin helmnya sudah reinkarnasi jadi ember.
Dua hari mengubek-ubek marketplace Facebook, akhirnya jackpot: helm dengan ciri yang sama persis nongol dijual daring.
Plot mulai memanas. Korban lalu menyusun operasi penyamaran, pura-pura menjadi pembeli antusias yang sangat ingin helm sendiri. Janji temu COD pun disepakati di KM 19 Binjai. Dalam bayangan korban, ia akan berhadapan dengan maling lusuh, mungkin bertato, mungkin bau minuman keras. Namun ketika tiba, realita memberikan tamparan yang bahkan angin pun iri.
Dua pria berdiri membawa helm itu—bukan preman, bukan bandit, bukan komplotan ninja—melainkan oknum memakai seragam dinas Dishub lengkap, seakan baru selesai menertibkan parkir orang lain.
“Kaget juga kok pakek seragam Dishub ini,” ujar korban, sambil mencoba memastikan ini bukan prank YouTube.
Suasana COD mendadak berubah seperti sidang dadakan. Saat ditanya bagaimana bisa helm itu berada di tangan mereka, kedua oknum tersebut langsung berubah mode: loading tanpa progress bar. Tidak ada jawaban meyakinkan, tidak ada logika, tidak ada alibi—hanya kesunyian dan rasa malu yang bahkan tidak mereka rasakan. Korban menegaskan bukti sudah jelas—barang curian ada di tangan mereka.
Artinya hanya dua kemungkinan:
1. mereka pelakunya, atau
2. mereka penadah—yang ironisnya bekerja pada instansi yang hobi menertibkan masyarakat.
“Padahal barang milik korban ada di tangan keduanya, jelas kuat menjadi bukti...” tegas korban, sambil menahan keinginan tertawa getir.
Kini kasus ini sedang “dalam proses penyelidikan”. Proses yang di Indonesia biasanya berarti:
• menunggu viral
• menunggu atasan sadar
• atau menunggu alasan yang bisa dipakai konferensi pers.
Korban menuntut agar diberikan sanksi tegas, karena sungguh memalukan bila gaji dari pajak rakyat dipakai untuk berpakaian rapi sambil menjual helm hasil colongan.
Hingga berita ini diturunkan, kedua oknum Dishub belum bisa dimintai keterangan—mungkin sedang sibuk:
• mencari alasan,
• menyusun naskah pembelaan,
• atau berburu helm lain untuk dijual.
Posting Komentar untuk "DUA OKNUM PETUGAS DISHUB KETAHUAN CURI HELM SAAT COD DI MEDAN"