Sahroni Ditemukan Tewas, Dikubur Bersama 4 Anggota Keluarganya di Halaman Belakang Rumah
Rabu, 3 September 2025, TPU Nyairesik di Desa Sindang, Indramayu, berubah menjadi lautan duka. Langit mendung seolah ikut berduka ketika lima peti jenazah diturunkan dari mobil ambulans. Tangisan pecah, doa dipanjatkan, dan pelukan penuh air mata mewarnai kepergian satu keluarga yang sekaligus menjadi korban tragedi memilukan.
Mereka adalah Haji Sahroni (70), anaknya Budi Awaludin (40), menantu Euis Juwita Sari (37), serta dua cucunya, Ratu (8) dan Bela (bayi). Semua dikuburkan dalam satu liang sesuai dengan wasiat Haji Sahroni semasa hidup.
Di Masjid Madania, sebelum pemakaman, ratusan warga turut menyalatkan jenazah. Atmosfer haru menyelimuti masjid. Seorang kerabat, Agus Suhendi, hanya mampu berkata lirih:
“Semua merasa berat, semua merasa kehilangan. Mereka keluarga baik, dan kini kami kehilangan mereka sekaligus.”
Haji Sahroni bukanlah orang sembarangan di lingkungannya. Ia adalah pensiunan pegawai bank yang sukses membangun usaha sarang burung walet. Meski berkecukupan, Sahroni dikenal hidup sederhana.
Tetangganya mengenalnya sebagai sosok religius yang rajin ke masjid, namun cenderung tertutup. Ia jarang bersosialisasi di luar lingkar keluarga. Hidupnya lebih banyak dihabiskan bersama anak, menantu, dan cucu-cucunya di rumah besar mereka di Kelurahan Paoman, Indramayu.
Ketenangan keluarga ini mendadak hancur. Sahroni, yang semasa hidup dikenal penuh perhitungan, ternyata tak pernah membayangkan bahwa akhir hidupnya justru tragis—dibunuh bersama keluarganya dan dikubur di halaman rumah sendiri.
Kisah tragis ini bermula dari rasa curiga tetangga. Sejak Kamis, 28 Agustus 2025, komunikasi keluarga Sahroni terputus. Euis, menantu Sahroni yang biasanya responsif di WhatsApp, mendadak hilang kontak.
Hari berganti, rumah terlihat sepi. Pintu terkunci rapat, tak ada aktivitas, dan suasana makin mencurigakan. Hingga Senin sore, bau busuk mulai tercium dari arah halaman samping rumah.
Warga bersama kerabat akhirnya memutuskan mendobrak pintu rumah sekitar pukul 17.30 WIB. Anehnya, kondisi dalam rumah rapi, tidak ada tanda-tanda perampokan. Namun, bau busuk dari halaman semakin menusuk.
Ketika diperiksa, terlihat gundukan tanah dengan bagian kaki manusia yang menyembul. Warga panik, lalu memanggil polisi. Setelah dilakukan penggalian, ditemukan lima jenazah dalam satu liang. Mereka diduga sudah meninggal.
Polres Indramayu bergerak cepat melakukan olah TKP. Di lokasi, polisi menemukan sejumlah barang bukti penting, antara lain:
Cangkul – diduga digunakan untuk menggali lubang
Ember kecil – kemungkinan dipakai untuk mengangkut tanah
Seprai dan terpal biru – ditemukan bercak darah
Polisi juga sudah memeriksa sedikitnya lima saksi, termasuk tetangga dan kerabat. Dugaan awal sempat mengarah pada perampokan. Namun, anehnya, kondisi rumah tidak menunjukkan adanya barang berharga yang hilang.
Hal inilah yang membuat motif pembunuhan masih menjadi misteri besar.
Hingga kini, kepolisian masih mendalami motif dan mencari pelaku. Beberapa kabar burung menyebutkan ada calon tersangka, tapi pihak keluarga menegaskan belum menerima keterangan resmi.
Keluarga besar Sahroni berharap kasus ini diusut tuntas dan pelaku dihukum seberat-beratnya. Mereka juga menegaskan bahwa sebelum tragedi terjadi, tidak ada tanda-tanda aneh atau perlakuan berbeda pada korban.
“Kami serahkan ke aparat hukum. Yang penting pengusutan harus transparan dan tuntas,”
Tragedi ini bukan sekadar kehilangan bagi keluarga besar Sahroni. Masyarakat Paoman dan Sindang juga terguncang. Lingkungan yang sebelumnya terasa aman kini dihantui rasa waswas.
Banyak warga masih trauma, terutama karena peristiwa itu terjadi di tengah permukiman yang ramai. Bahkan, masjid yang biasanya menjadi tempat penuh kedamaian kini masih menyimpan kenangan duka saat lima jenazah disalatkan.
Mereka adalah Haji Sahroni (70), anaknya Budi Awaludin (40), menantu Euis Juwita Sari (37), serta dua cucunya, Ratu (8) dan Bela (bayi). Semua dikuburkan dalam satu liang sesuai dengan wasiat Haji Sahroni semasa hidup.
Di Masjid Madania, sebelum pemakaman, ratusan warga turut menyalatkan jenazah. Atmosfer haru menyelimuti masjid. Seorang kerabat, Agus Suhendi, hanya mampu berkata lirih:
“Semua merasa berat, semua merasa kehilangan. Mereka keluarga baik, dan kini kami kehilangan mereka sekaligus.”
Haji Sahroni bukanlah orang sembarangan di lingkungannya. Ia adalah pensiunan pegawai bank yang sukses membangun usaha sarang burung walet. Meski berkecukupan, Sahroni dikenal hidup sederhana.
Tetangganya mengenalnya sebagai sosok religius yang rajin ke masjid, namun cenderung tertutup. Ia jarang bersosialisasi di luar lingkar keluarga. Hidupnya lebih banyak dihabiskan bersama anak, menantu, dan cucu-cucunya di rumah besar mereka di Kelurahan Paoman, Indramayu.
Ketenangan keluarga ini mendadak hancur. Sahroni, yang semasa hidup dikenal penuh perhitungan, ternyata tak pernah membayangkan bahwa akhir hidupnya justru tragis—dibunuh bersama keluarganya dan dikubur di halaman rumah sendiri.
Kisah tragis ini bermula dari rasa curiga tetangga. Sejak Kamis, 28 Agustus 2025, komunikasi keluarga Sahroni terputus. Euis, menantu Sahroni yang biasanya responsif di WhatsApp, mendadak hilang kontak.
Hari berganti, rumah terlihat sepi. Pintu terkunci rapat, tak ada aktivitas, dan suasana makin mencurigakan. Hingga Senin sore, bau busuk mulai tercium dari arah halaman samping rumah.
Warga bersama kerabat akhirnya memutuskan mendobrak pintu rumah sekitar pukul 17.30 WIB. Anehnya, kondisi dalam rumah rapi, tidak ada tanda-tanda perampokan. Namun, bau busuk dari halaman semakin menusuk.
Ketika diperiksa, terlihat gundukan tanah dengan bagian kaki manusia yang menyembul. Warga panik, lalu memanggil polisi. Setelah dilakukan penggalian, ditemukan lima jenazah dalam satu liang. Mereka diduga sudah meninggal.
Polres Indramayu bergerak cepat melakukan olah TKP. Di lokasi, polisi menemukan sejumlah barang bukti penting, antara lain:
Cangkul – diduga digunakan untuk menggali lubang
Ember kecil – kemungkinan dipakai untuk mengangkut tanah
Seprai dan terpal biru – ditemukan bercak darah
Polisi juga sudah memeriksa sedikitnya lima saksi, termasuk tetangga dan kerabat. Dugaan awal sempat mengarah pada perampokan. Namun, anehnya, kondisi rumah tidak menunjukkan adanya barang berharga yang hilang.
Hal inilah yang membuat motif pembunuhan masih menjadi misteri besar.
Hingga kini, kepolisian masih mendalami motif dan mencari pelaku. Beberapa kabar burung menyebutkan ada calon tersangka, tapi pihak keluarga menegaskan belum menerima keterangan resmi.
Keluarga besar Sahroni berharap kasus ini diusut tuntas dan pelaku dihukum seberat-beratnya. Mereka juga menegaskan bahwa sebelum tragedi terjadi, tidak ada tanda-tanda aneh atau perlakuan berbeda pada korban.
“Kami serahkan ke aparat hukum. Yang penting pengusutan harus transparan dan tuntas,”
Tragedi ini bukan sekadar kehilangan bagi keluarga besar Sahroni. Masyarakat Paoman dan Sindang juga terguncang. Lingkungan yang sebelumnya terasa aman kini dihantui rasa waswas.
Banyak warga masih trauma, terutama karena peristiwa itu terjadi di tengah permukiman yang ramai. Bahkan, masjid yang biasanya menjadi tempat penuh kedamaian kini masih menyimpan kenangan duka saat lima jenazah disalatkan.
Posting Komentar untuk "Sahroni Ditemukan Tewas, Dikubur Bersama 4 Anggota Keluarganya di Halaman Belakang Rumah"