Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sulitnya Usaha Warga Grinting Brebes Meniadakan Julukan Kampung Pengemis

Sulitnya Perjuangan Warga Grinting Brebes Menghapus Julukan Kampung Pengemis

Nama Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Brebes, akan eksklusif keluar di saat mengetik 'kampung pengemis' di mesin pencarian (search engine) internet.

Maklum, desa ini terkenal alasannya berulang kali timbul di media massa baik elektronik maupun online.

Bukan alasannya prestasi, keunikan, atau kelebihannya, melainkan alasannya dijuluki "kampung pengemis".

Nyatanya, julukan itu menghasilkan warga desa tersebut mesti menutup wajah mereka dengan tangan. Mereka malu, kolam menenteng malu kemanapun mereka pergi.

"Bocah itu nggak besar lengan berkuasa diolok-olok temannya di sekolah. Nggak mau berangkat sekolah, tertekan berat takut di-bully terus bila di sekolah," kata seorang tokoh penduduk Desa Grinting, Wamadiharjo Susanto, Sabtu (22/7).

Ia menceritakan seorang bocah Grinting berusia delapan tahun yang terus dirundung teman dekat sekolahnya alasannya ulasan wacana desa kawasan tinggalnya ditayangkan di televisi dengan judul 'kampung pengemis'.

Setelah beberapa hari sempat tak berangkat sekolah, usai dibujuk, bocah itu mau menggendong tas dan bersekolah kembali.

Wamadiharjo menuturkan, Desa Grinting memang dulu, sekitar tahun 1980-an, dimengerti selaku desa yang banyak 'menyumbang' pengemis di sejumlah kota besar tergolong di Jakarta.

"Kalau dahulu memang sejumlah warga sini merantau untuk menjadi pengemis. Tapi itu sudah usang sekali," ucapnya.

Kenyataan meniadakan stigma kampung pengemis Desa Grinting dinilai sulit dan memerlukan waktu.

Setiap timbul di media massa, stigma yang sudah diusir pergi seakan kembali lagi.

"Sekarang ini, warga kami yang perantauan tidak berprofesi menyerupai itu. Mereka banyak yang berdagang, jualan soto betawi, jualan di pasar, berjualan makanan serta jadi pekerja pabrik," tegas Wamadiharjo.

Menurutnya, sejumlah kelompok penduduk mulai anak-anak, pemuda-pemudi, kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama sampai bupati pun menolak keras bila Desa Grinting dijuluki selaku kampung pengemis.

"Julukan itu sungguh nista sekali. Desa kami bukan kampung pengemis. Coba eksklusif tiba kesini, lihat sendiri kehidupan kami, warga desa Grinting," tandasnya.

Kepala Desa Grinting, Hartono, mengucapkan julukan kampung pengemis sungguh menyayat hati 17.800 warga desa. Apa yang disematkan pada desanya itu tidak cocok dengan keadaan di saat ini.

"Tidak dapat diterima. Tudingan kampung pengemis itu merendahkan warga kami. Lihat di saat ini, pemuda- pemudi banyak yang sudah jadi sarjana dan merantau untuk bekerja," kata Hartono.

Informasi yang diterima, dari total jumlah warga sekitar 17.800 orang, sekitar 20 persen diantaranya menjadi kaum urban di Jakarta dengan bermacam- macam pekerjaan.

"Jalan desa kami pun sudah bagus. Semua jalan sudah diaspal. Akses menuju sawah dan tambak pun sudah diaspal, walaupun sudah ada yang rusak," ucapnya.

Begitu juga dengan keadaan perekonomian Desa Grinting yang dinilai maju pesat dibandingkan bertahun-tahun yang lalu.

Tercatat ada tiga pasar yang dibangun, areal tambak, peternakan ayam, serta pertanian bawang merah yang luasannya kian meningkat menggambarkan perekonomian meningkat. (tribunjateng/cetak)

Sumber darihttps://www.tribunnews.com/regional/2017/07/23/sulitnya-perjuangan-warga-grinting-brebes-menghapus-julukan-kampung-pengemis?page=all

Posting Komentar untuk "Sulitnya Usaha Warga Grinting Brebes Meniadakan Julukan Kampung Pengemis"