Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Usaha Seorang Ayah, Dirikan Tenda Di Atas Bukit 20 Meter, Demi Putrinya Mencar Ilmu Online 

Kisah Perjuangan Seorang Ayah, Dirikan Tenda di Atas Bukit 20 Meter, Demi Putrinya Belajar Online 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang mahasiswa Universitas Malaya, mesti berjuang untuk mendapat jaringan internet.

Ia merupakan Nurlieda Khaleeda Mohd Azmi berusia 20 tahun.

Desa wilayah tinggalnya tidak ada jaringan internet, maka ayahnya berupaya untuk memcari akal, mudah-mudahan putrinya tetap berguru secara online.

Ayah mendirikan tenda di atas bukit setinggi 20 meter mudah-mudahan putrinya sanggup menjalani sesi berguru online alasannya merupakan buruknya jaringan internet di desa mereka.

Selama pandemi Nurleida menjalani sesi berguru online yang membutuhkan jaringan internet.

Namun sayang, di desa mereka tak mempunyai jaringan internet yang memadai.

Ia menyampaikan sebelum ayahnya Mohd Azmi Ahmad mendirikan ruang kelas, Nurlieda biasa pergi ke kota sekitar tiga kilometer jauhnya, untuk mendapat koneksi Internet yang layak.

Seorang ayah membangun tenda di atas bukit mudah-mudahan putrinya sanggup berguru online (Bernama)

Namun, alasannya merupakan diberlakukannya PSBB di Kelantan selama dua ahad mulai 21 November, ayahnya pastikan untuk mendirikan tenda untuknya, katanya terhadap wartawan di rumahnya di Bukit Petai Tujuh di sini, hari ini.

Mohd Azmi juga menempatkan beberapa kursi dan meja di tenda yang diresmikan sekitar 30 m dari rumah mereka untuk memutuskan putrinya sanggup berguru dengan nyaman.

Nurlieda Khaleeda menyampaikan ia menggunakan ruang kelas itu nyaris saban hari selama PSBB, namun tidak pada malam hari.

Itu alasannya merupakan ia ketakutan akan keselamatannya dan risiko terpapar binatang berbisa seumpama ular.

Seorang mahasiswa Universitas Malaya, mesti berjuang untuk mendapat jaringan internet.
Seorang mahasiswa Universitas Malaya, mesti berjuang untuk mendapat jaringan internet. (Ist)

Dia juga menjinjing laptop dan modem nirkabelnya dan akan menghabiskan sekitar dua hingga tiga jam sehari di tenda untuk menjalani sesi berguru atau duduk untuk ujian.

“Yang paling mencemaskan saya merupakan saya di sekarang ini mengikuti cobaan dari 23 November hingga 3 Desember. Saya mesti menyalakan kamera ponsel saya mudah-mudahan dosen sanggup mengawasi saya.

“Saya cukup stres dengan koneksi internet yang terputus-putus di desa yang menghasilkan saya kesusahan untuk mengikuti ujian.

"Padahal, dua jam yang ditawarkan tidak cukup alasannya merupakan koneksi yang tidak stabil. Kalau Internet terputus, saya mesti mulai lagi dan tidak ada waktu tambahan, ”kata anak tertua dari lima bersaudara ini.

seorang mahasiswa cari signal untuk berguru daring
seorang mahasiswa cari signal untuk berguru daring (Ist)

Sementara itu, Mohd Azmi menyampaikan akan menemani putrinya di tenda hingga ia menyelesaikan kelas atau ujiannya.

“Apalagi sekarang, alasannya merupakan hujan setiap hari. Tenda tidak nyaman, namun kami tidak punya opsi demi masa depannya,

"Ini bukan perkara yang cuma kita hadapi, namun juga mahasiswa lain di perguruan tinggi tinggi dan sekolah, ”ujarnya.

Mohd Azmi menyampaikan bahwa perkara jangkauan Internet dan telekomunikasi bukanlah hal baru, dan mereka yang berada di lima desa terdekat juga menghadapi kesusahan serupa.

“Faktanya, beberapa anak muda bahkan sudah membangun rumah pohon untuk mendapat cakupan yang lebih baik,” ujarnya. (sal/tribun-medan.com)

Artikel ini sudah tayang di tribun-medan.com 


Sumber darihttps://manado.tribunnews.com/2020/12/02/kisah-perjuangan-seorang-ayah-dirikan-tenda-di-atas-bukit-20-meter-demi-putrinya-belajar-online?page=all

Posting Komentar untuk "Kisah Usaha Seorang Ayah, Dirikan Tenda Di Atas Bukit 20 Meter, Demi Putrinya Mencar Ilmu Online "